Pertanyaan :
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Perkenalkan nama saya Kembang, saat ini saya bergabung di salah satu
komunitas Islam yang cukup aktif mengadakan kegiatan keislaman maupun
kegiatan sosial. Dari beberapa kali kegiatan yang dilakukan komunitas
ini, saya mengenal seorang ikhwan yang insya Allah baik agamanya dan
bagus akhlaknya. Saya tertarik dengan kepribadiannya ini dan ingin
beliau menjadi imam bagi saya kelak.
Saya bingung apa yang harus saya lakukan. Apakah sebaiknya saya pendam
saja rasa ini, atau saya terus terang saja bahwa saya berkeinginan untuk
ta'aruf dan menikah dengannya? Insya Allah saya sudah siap menikah dan
orang tua pun menginginkan saya segera menikah. Mohon pencerahannya.
Salam,
Kembang
Jawaban :
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,
Mbak Kembang, ketertarikan kepada lawan jenis memang wajar dirasakan,
dan sebuah niat yang mulia bila mbak Kembang berkeinginan menyalurkan
rasa ketertarikan itu dalam bingkai yang halal, yaitu dalam ikatan
pernikahan. Sah sah saja bagi seorang akhwat untuk mengutarakan niat
ta'arufnya kepada seorang ikhwan yang baik agamanya, tidak harus dari
pihak ikhwan yang menyatakan terlebih dulu. Salah satu kisah yang sering
dijadikan contoh adalah saat Khadijah mengajukan diri untuk dinikahi
oleh Muhammad SAW.
Meskipun demikian, jangan dibayangkan waktu itu Khadijah mengutarakannya dengan ungkapan seperti ini :
"Muhammad, maukah kau menikah denganku?" atau "Muhammad, sudikah kiranya dirimu menjadi imam bagiku kelak?",
dan ungkapan sejenisnya. Dalam mengutarakan niatnya untuk menikah
dengan Muhammad, Khadijah meminta bantuan salah seorang rekannya bernama
Nafisah, tidak menyampaikannya secara langsung. Saat itu pun Nafisah
tidak langsung 'nembak' Muhammad dengan mengatakan "Muhammad, Khadijah ingin menikah denganmu, apakah kau berkenan dengannya?",
tetapi dengan berdialog terlebih dulu. Diawali dengan menanyakan
mengapa Muhammad belum menikah, kemudian menceritakan dan menawarkan
profil Khadijah tanpa menyebutkan namanya, baru saat Muhammad menanyakan
siapakah orang yang diceritakan tersebut, Nafisah berterus terang bahwa
Khadijah lah sosok yang diceritakannya.
Metode yang sama bisa mbak Kembang pilih untuk mengutarakan niat mbak
Kembang. Tidak 'nembak' si ikhwan secara langsung, tetapi dengan
penggalian lebih dulu oleh informan yang mbak Kembang percaya. Saya sarankan mbak Kembang pilih informan yang mbak kenal amanah, bisa
menjaga rahasia, dan orang tersebut pun kenal dekat dengan si ikhwan.
Dengan kedekatan hubungan ini maka si ikhwan akan lebih terbuka dalam
penggalian informasi oleh sang informan. Informan tersebut sebaiknya
juga yang sudah menikah sehingga lebih 'terjaga' dan terhindar dari
'serangan balik' si ikhwan yang bisa jadi akan menyarankan agar si
informan menikah dulu sebelum menyarankan orang lain menikah.
Informasi yang perlu digali oleh informan di antaranya adalah :
1. Apakah si ikhwan sudah siap menikah?
2. Apakah si ikhwan sudah boleh menikah?
3. Apakah si ikhwan sudah punya calon?
4. Apa sajakah kriteria calon pasangannya?
5. Apakah berkenan dengan profil si Kembang?
(Penggalian informasi urut dari nomer satu)
Berikut ini beberapa contoh dialog yang bisa disampaikan informan untuk menggali informasi dari si ikhwan, saya sebut saja nama ikhwan itu 'Kumbang'.
1. "Mbang, sudah siap menikah atau belum?"
Bila jawabannya belum, tentunya dicukupkan penggalian sampai tahap ini
dengan 'basa basi' secukupnya oleh informan. Bila jawaban Kumbang sudah,
maka bisa berlanjut ke penggalian informasi nomer 2.
2. "Orang tua sudah memberi restu dan memintamu untuk segera menikah?"
Bila jawabannya "diminta bersabar dulu karena orang tua masih fokus
mengurusi nikahan kakak" atau "diminta menyelesakan kuliah dulu", dll.
sehingga belum direstui untuk menikah, maka dicukupkan sampai tahap ini.
Bila jawaban Kumbang sudah, maka bisa berlanjut ke penggalian informasi
nomer 3.
3. "Kamu sudah punya calon? Orang mana?"
Bila jawabannya sudah ada calon, tentu dicukupkan sampai tahap ini. Bila
Kumbang menjawab belum ada calon, maka bisa berlanjut ke penggalian
informasi nomer 4.
4. "Memang kriteriamu apa saja? Terus, kriteria dari orang tuamu?"
Kumbang akan menyampaikan kriteria calon pasangan yang dia tetapkan, dan
juga kriteria calon menantu yang diinginkan orang tuanya. Informan
perlu mengonfirmasikan mana kriteria yang 'mutlak' dan harus dipenuhi,
mana yang bukan kriteria mutlak sehingga masuk prioritas nomer sekian.
Kalau kriteria-kriteria 'mutlak' tersebut tidak sesuai dengan profil si
Kembang, tentunya dicukupkan sampai tahap ini. Kalau misalnya
kriterianya sesuai dengan profil mbak Kembang, maka bisa berlanjut ke
penggalian informasi nomer 5.
5. "Begini, saya ada kenalan seorang akhwat, dia ini usianya... profesinya... aktivitasnya... dst."
Informan menceritakan profil mbak Kembang secara umum, BELUM menyebutkan
nama mbak Kembang. Bila Kumbang berkenan dengan profil yang disampaikan
oleh informan, maka informan bisa menyampaikan bahwa yang
direkomendasikannya adalah mbak Kembang. Bila Kumbang tidak berkenan,
tentu tidak perlu dipaksakan berlanjut ke proses ta'aruf. Bila Kumbang
berkenan, maka informan bisa menawarkan diri menjadi mediator ta'aruf,
atau bisa juga merekomendasikan rekan lain yang tepercaya untuk
mendampingi proses ta'aruf selanjutnya.
Dialog di atas sebagai gambaran saja, pelaksanaannya nanti tinggal
improvisasi dari informan menyesuaikan situasi dan obrolan dengan
Kumbang. Insya Allah dengan metode penggalian seperti ini akan
meminimalkan rasa malu yang mbak Kembang rasakan, dan terhindar dari
kesan 'agresif' yang bisa jadi membuat si Kumbang tidak berkenan. Apapun
hasilnya nanti, apakah itu 'tembakannya' sesuai sasaran atau bertepuk
sebelah tangan, insya Allah itulah yang terbaik menurut Allah SWT. Tetap
jaga hati mbak Kembang, rasakan sewajarnya apa yang ada di hati
sehingga tidak membuat mbak Kembang melalaikan cinta tertinggi kepada
Allah SWT.
Wallahua'lam bisshawwab.
Salam,
Maswahyu ST (Spesialis Ta'aruf)
Klinik Ta'aruf www.RumahTaaruf.com
*Catatan : metode ini bisa juga dipraktikkan saat ikhwan 'nembak' akhwat.