Tiga Tips Seputar Penolakan Ta’aruf
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/05/17/...nolakan-taaruf
dakwatuna.com - Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ikhtiar pencarian jodoh melalui ta’aruf (pranikah) tak selalu berjalan
mulus. Ada rekan yang lancar dengan cukup sekali proses ta’aruf, namun
tak sedikit pula yang berjalan tersendat sehingga baru menemukan
jodohnya setelah beberapa kali mengalami penolakan ta’aruf. Dalam
menolak pengajuan ta’aruf, banyak rekan yang lebih nyaman menggunakan
alasan umum semacam “belum menemukan kemantapan”, “belum cocok”, atau
“kurang sreg”, namun ada juga sedikit dari mereka yang menyebutkan
alasan spesifiknya.
Berikut ini tiga alasan spesifik yang paling sering disampaikan saat
penolakan ta’aruf, berdasarkan pengalaman dan pengamatan kami (saya
& istri) memoderatori 250an proses Ta’aruf Online dan 35 proses Ta’aruf Offline hingga bulan April 2014 lalu :
Tiga Besar Alasan Ikhwan Menolak Akhwat
1. Agama/Akhlak
Anjuran Nabi Muhammad untuk menjadikan faktor agama sebagai dasar
memilih calon pasangan memang menjadi pertimbangan utama pihak ikhwan
dalam menetapkan kriteria calon pasangan mereka. Bagaimana ibadah
wajibnya, ibadah sunahnya, dan juga akhlak yang tercermin dalam
kebiasaan sehari-harinya. Yang sering disoroti dari kebiasaan
sehari-hari seorang akhwat adalah dalam hal penggunaan jilbab. Memang
benar akhwat yang berjilbab itu belum tentu shalihah, tetapi akhwat yang
shalihah sudah pasti berjilbab. Sedikit sekali ikhwan yang bisa
menerima kondisi akhwat yang belum berjilbab (dengan harapan kelak
setelah menikah bisa membimbingnya untuk berjilbab), mayoritas memilih
akhwat yang memang sudah berjilbab.
2. Fisik
Penolakan karena faktor fisik memang terkesan alasan ‘duniawi’, namun
tidak bisa kita salahkan karena Nabi Muhammad pun menganjurkan salah
seorang sahabat yang ingin melamar seorang wanita untuk melihat si
wanita terlebih dulu agar menemukan hal-hal yang membuatnya cenderung
dan mantap untuk melamar wanita tersebut. Selain pertimbangan utama sisi
agama si akhwat, kecenderungan dalam faktor fisik ternyata cukup besar
pengaruhnya bagi seorang ikhwan dalam mempertimbangkan lanjut tidaknya
proses ta’aruf.
3. Usia
Nabi Muhammad dikisahkan menikah dengan Khadijah dalam perbedaan usia
yang cukup jauh, usia Khadijah lebih tua sekitar 15 tahun. Meskipun
demikian, hanya sedikit ikhwan yang terinspirasi kisah Nabi Muhammad
tersebut. Banyak ikhwan yang keberatan bila pihak akhwat berusia lebih
tua darinya meskipun dari faktor agama dan faktor fisik masuk, dan
cenderung memilih akhwat yang seumuran ataupun lebih muda darinya.
Tiga Besar Alasan Akhwat Menolak Ikhwan
1. Agama/Akhlak
Sama seperti alasan utama ikhwan menolak akhwat, faktor agama juga
menjadi pertimbangan utama pihak akhwat dalam menetapkan kriteria calon
pasangan mereka. Bagaimana ibadah wajibnya, ibadah sunahnya, dan juga
akhlak yang tercermin dalam kebiasaan sehari-harinya. Yang sering
disoroti dari kebiasaan sehari-hari seorang ikhwan adalah dalam hal
kebiasaan merokok. Sedikit sekali akhwat yang bisa menerima kondisi
ikhwan yang punya kebiasaan merokok (dengan harapan kelak setelah
menikah bisa berhenti), mayoritas memilih ikhwan yang bukan seorang
perokok.
2. Pekerjaan
Salah satu kewajiban seorang suami kepada istrinya adalah dalam hal
menafkahi, mengikhtiarkan penghasilan yang halal untuk menghidupi
keluarga. Banyak akhwat yang menetapkan kriteria “mapan” dalam salah
satu kriteria calon pasangannya, mapan dalam arti tetap berpenghasilan
dan ada keterjaminan nafkah saat hidup berumah tangga nanti. Agak berat
bagi akhwat dan orang tuanya untuk menerima ikhwan yang dinilai belum
mapan dalam hal ekonomi.
3. Pendidikan
Meskipun faktor pendidikan bukan jaminan langgengnya pernikahan, namun
faktor pendidikan ini sering disampaikan akhwat saat menolak ikhwan.
Pihak akhwat cenderung menginginkan ikhwan yang berpendidikan setara
atau lebih tinggi tingkat pendidikannya. Kalaupun belum setara, pihak
akhwat menginginkan agar kelak pihak ikhwan bisa meneruskan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi hingga setara tingkat pendidikannya.
Tiga alasan penolakan itulah yang paling sering kami temui dalam
memoderatori proses ta’aruf. Alasan spesifik lain selain yang tersebut
di atas di antaranya adalah domisili yang berjauhan, perbedaan suku,
perbedaan afiliasi pergerakan/harakah, perbedaan status pernikahan
(janda/duda), dan belum adanya izin/restu dari orang tua/wali.
Tips Menyikapi Penolakan Ta’aruf
Bagi rekan-rekan yang baru mengalami penolakan ta’aruf, ataupun
berpotensi mengalami penolakan ta’aruf, berikut ini tips untuk
menyikapinya :
1. Ikhlaskan
Yang pertama kali dilakukan adalah mengikhlaskan penolakan yang
disampaikan, karena apapun hasilnya insya Allah itulah yang terbaik
menurut Allah SWT. Apa yang menurut anda baik, belum tentu baik menurut
Allah. Mungkin Allah sudah menyiapkan skenario yang lebih baik dengan
penolakan yang anda terima. Insya Allah kelak anda akan dipertemukan
dengan sosok yang lebih tepat untuk anda, dan dipertemukan di waktu yang
tepat menurut-Nya.
2. Jaga Silaturahim
Tak jarang hubungan silaturahim menjadi renggang setelah penolakan
disampaikan sebagai efek dari kekecewaan, bahkan sampai dibumbui dengan
‘cemooh’ negatif yang disematkan pihak tertolak ke pihak penolak atas
alasan-alasan ‘duniawi’ yang disampaikan dalam penolakan. Hal ini bisa
dihindari apabila anda paham hakikat jodoh, “Jodohku adalah siapapun
yang kelak menikah denganku”, sehingga :
- Pengajuan ta’aruf diterima – bisa lanjut berproses ta’aruf hingga menikah – berarti anda berjodoh; dan sebaliknya,
- Pengajuan ta’aruf ditolak – tidak bisa lanjut berproses ta’aruf hingga menikah – berarti anda bukan jodohnya.
Mungkin Allah tunjukkan bahwa dia bukan jodoh anda dengan penolakan
karena alasan agama, mungkin juga alasan fisik, adanya perbedaan suku,
perbedaan harakah, bisa juga karena orang tua si target menginginkan
calon menantu yang lebih mapan dan berpendidikan lebih tinggi. Jadi, tak
perlu ‘protes’ dengan skenario penolakan ta’aruf yang telah Allah
rencanakan pada ikhtiar pencarian jodoh anda. Ucapkan kalimat ini
setelah anda ditolak : “Mungkin memang bukan jodoh saya”; beres. Tetap
jaga silaturahim, doakan yang baik-baik untuk si penolak, semoga kelak
dipertemukan dengan jodoh masing-masing yang terbaik menurut Allah SWT.
3. Ikhtiar Dengan Yang Lain
Banyak pilihan si shalih/shalihah lain di luar sana, sehingga tak perlu
khawatir atas penolakan yang diterima karena anda bisa berikhtiar dengan
sosok yang lain. Tak ada keharusan bagi anda untuk menjadikan dia
pilihan satu-satunya, dan dia pun tak ada keharusan untuk menerima anda
seakan-akan anda adalah satu-satunya si shalih/shalihah di muka bumi
ini. Cukuplah berpegang pada kriteria utama shalih/shalihah, dan yang
shalih/shalihah itu ada banyak pilihannya, bukan hanya dia seorang.
Mungkin akan susah apabila sudah melibatkan kecenderungan hati secara
berlebihan ke si target, sehingga keinginan untuk lanjut proses
sedemikian besarnya dan sulit berpaling ke sosok yang lain. Karena itu,
luruskan niat, jagalah hati di proses berikutnya dari pengharapan yang
berlebih. Insya Allah anda bisa menjalaninya dengan lebih ikhlas, tanpa
ada keharusan pengajuan ta’aruf anda diterima.
Tips Meminimalkan Peluang Penolakan Ta’aruf
Di tulisan saya sebelumnya, Panduan Ikhtiar Ta’aruf : “12 Pekan Meraih Sakinah”,
ada tahapan “observasi” yang perlu dijalani sebelum memulai proses
ta’aruf. Tahap inilah yang perlu diberi perhatian khusus dan
dioptimalkan untuk meminimalkan peluang ta’aruf ditolak saat
pengajuannya. Agar proses observasi lebih terjaga, anda perlu meminta
bantuan rekan terdekat si target untuk menjadi “informan”, baik itu
rekan kerja, saudara, atau sahabat karibnya dalam tahap observasi ini.
Gali sebanyak-banyaknya informasi seputar si target tanpa sepengetahuan
si target.
Berikut ini beberapa informasi penting dan tips yang perlu diketahui :
1. Siap Menikah dan Boleh Menikah
Apakah si target sudah siap menikah? Mungkin dia masih ada tanggungan
kuliah, jadi baru tahun depan menargetkan untuk menikah. Mungkin juga
dia masih punya tanggungan ekonomi keluarga, sehingga belum siap bila
harus menyegerakan.
Apakah si target sudah boleh menikah? Karena kondisi siap nikah saja
belum cukup, ada wali bagi wanita yang perlu dimintakan izin untuk
menikahkan si wanita. Bagi seorang pria, restu orang tua pun perlu
diikhtiarkan meskipun tidak ada istilah wali bagi seorang pria.
Jangan sampai anda tiba-tiba datang ke orang tua si akhwat, dan ternyata
baru mengetahui kalau orang tuanya belum membolehkan menikah karena
masih fokus memikirkan pernikahan kakaknya. Jangan salahkan orang tua si
akhwat dengan mendebat ketidaksyar’ian alasan yang disampaikan, dalam
hal ini “tidak boleh melangkahi” si kakak. Memang benar, alasan seperti
itu tidak syar’i, tapi sadarilah bahwa wali bagi wanita itu mutlak, dan
jauh lebih tidak syar’i lagi bila anda nekat menikahi si target tanpa
adanya izin dari walinya.
Salahkan saja diri anda, mengapa mengajukan diri ke seseorang yang belum
boleh menikah oleh walinya? Apa saja aktivitas ta’aruf yang anda
jalani, sehingga informasi sepenting ini anda lewatkan, dalam hal ini
izin menikah dari walinya? Ajukan diri saja ke sosok lain yang sudah
diizinkan menikah oleh walinya, atau bila anda sudah mantap dengannya
tunggu saja sampai si dia sudah diizinkan menikah oleh walinya.
Untuk menghindari penolakan seperti itu, pastikan si target sudah dalam
kondisi yang siap menikah dan sudah boleh menikah di tahap observasi
awal ini, sehingga bisa berlanjut ke penggalian informasi di langkah
kedua.
2. Kriteria Sesuai
Di langkah kedua ini, informan menekankan pada penggalian informasi
terkait kriteria yang ditetapkan si target. Apakah kriteria si target
sesuai dengan profil anda? Adakah kriteria fisik tertentu, atau kriteria
nonfisik tertentu? Apakah ada minimal jumlah hafalan, apakah bermasalah
dengan perbedaan usia, apakah berkeberatan dengan suku tertentu, dan
kriteria-kriteria lainnya. Termasuk juga kriteria tambahan dari orang
tua si target, apakah ada lagi kriteria dari orang tua selain dari
kriteria yang ditetapkan si target? Mungkin dari segi pekerjaan, atau
pendidikan? Kemudian, dari semua kriteria tersebut, manakah kriteria
yang “mutlak”, manakah yang bisa “nego”?
Kalau ternyata sebagian besar kriteria yang “mutlak” tidak masuk di diri
anda, sebaiknya berpikir ulang untuk mengajukan proses ta’aruf. Memang
belum pasti akan ditolak, tapi bisa jadi kemungkinan ditolaknya lebih
besar karena sebagian besar kriteria “mutlak” yang ditetapkannya tidak
masuk. Selanjutnya tinggal pilihan anda, apakah tetap berniat mengajukan
ta’aruf dengan si target, atau memilih target lain yang sekiranya
kriterianya lebih sesuai.
Apabila anda tetap berkeyakinan untuk mengajukan ta’aruf dengannya, bisa
lanjut di langkah ketiga untuk lebih meyakinkan hati sebelum memulai
perjuangan.
3. Mau Sama Mau
Tips paling jitu untuk meminimalkan penolakan ta’aruf sebenarnya
sederhana : Sampaikan pengajuan ta’aruf ke yang MAU berta’aruf dengan
anda! Ada dua kemungkinan kondisi di sini, yang pertama anda mau
berproses ta’aruf dengannya, dan dia pun mau berproses ta’aruf dengan
anda. Yang kedua, dia mau berproses ta’aruf dengan anda, dan anda pun
mau berproses ta’aruf dengannya. Berikut ini perbedaan metode observasi
kedua kondisi tersebut :
Metode pertama, kondisi di mana anda sudah memiliki target. Informan
bisa memperdalam lagi observasinya, tidak sekedar menanyakan mengenai
kriteria si target, namun sekaligus menyebut profil dan nama anda. Untuk
meminimalkan rasa malu, kondisikan bahwa informanlah yang berinisiatif
menawarkan nama anda ke si target, bukan anda yang berpesan ke informan
untuk mengajukan nama anda ke si target. Informan bisa memulai
penjajakan dengan menceritakan profil anda, tanpa menyebut nama. Apabila
dari profil yang diceritakan informan si target merasa cocok, baru
disebutkan nama si pemilik profil yang dia ceritakan, yaitu nama anda.
Bila si target berkenan lanjut dengan nama yang disodorkan informan,
maka proses ta’aruf bisa mulai dijalani. Kondisi di metode pertama ini,
anda mau berproses ta’aruf dengannya, dan dia pun mau berproses ta’aruf
dengan anda
Metode kedua, kondisi di mana anda belum memiliki target. Anda bisa
mempersilakan perantara untuk mengajukan profil anda ke siapa saja sosok
yang sekiranya masuk kriteria anda, tanpa sepengetahuan anda. Bisa
dengan cara pengajuan profil secara langsung, ataupun pengajuan profil
melalui biodata/CV ta’aruf (Biodata.myQuran.net). Anda tidak perlu
mengetahui siapa saja yang menolak penawaran dari perantara, cukup minta
perantara menginformasikan saat ada yang berkenan dengan profil anda,
tinggal anda yang gantian mempertimbangkan profilnya. Dengan demikian
anda tidak merasakan penolakan, justru malah anda yang bisa menjadi
pihak penolak. Bila anda berkenan dengan profil yang diinformasikan
perantara, maka proses ta’aruf bisa mulai dijalani. Kondisi di metode
kedua ini, dia mau berproses ta’aruf dengan anda, dan anda pun mau
berproses ta’aruf dengannya.
Akhir kata, semoga tulisan ini memberikan pencerahan dan bermanfaat
untuk meminimalkan peluang penolakan dalam aktivitas perta’arufan
pranikah. Yang perlu diingat, banyaknya kesesuaian kriteria bukan
jaminan adanya jodoh, karena Allah bisa saja menjauhkan jodoh seiring
berjalannya proses. Demikian pula sebaliknya, sedikitnya kesesuaian
kriteria pun bukan berarti tidak adanya jodoh, karena Allah bisa saja
mendekatkan jodoh seiring berjalannya proses. Yang perlu anda lakukan
adalah berikhtiar, menjalani proses sebaik-baiknya sesuai koridor yang
diridhai-Nya, dan selanjutnya bertawakal, saat Allah menunjukkan anda
berjodoh dengannya atau tidak.
Wallahua’lam bisshawab.
Salam,
maswahyu, ST. (Spesialis Ta'aruf)
www.RumahTaaruf.com